Suara hujan
yang begitu deras sangat menusuk di hati ku. Mengingat semua kejadian itu,
rasanya ingin sekali aku menangis. Tetapi papaku bilang aku masih kecil untuk
mengingat itu semua.
Pada sat
usiaku 4 tahun, makaku meninggalkanku. Aku sangat ingin melihat wajah mamaku.
Karena keinginanku, ku mendesak papa agar memperlihatkan foto mama kepadaku.
“Pa…. Papa
masih menyimpan foto mama?” tanyaku. Papa hanya terdiam melihatku dan
memelukku.
“Pa… tolong
beritahu aku wajah mama dan apa sebabnya mama meninggalkanku” kataku.
“Vir… Pada
saat waktunya telah tiba papa akan member tahumu tentang mama” jawab papa.
“Kenapa
pa…. aku sudah besar, selama ini papa tidak pernah memberitahuku perihal mama”
kataku. “Mohon pa.. tolong beritahu aku.” Pintaku.
Papa hanya
melihatku begitu saja dan meninggalkanku. Aku merasa kecewa, papa tidak
memberitahuku. Bulan demi bulan, tahun demi tahun usiaku telah beranjak dewasa.
Pada saat
papa hendak berangkat ke kantor, aku menanyakan pertanyaan yang membuat papa
terdiam lagi. Setelah beberapa menit terdiam papa tersenyum kepadaku.
“Vira…
baiklah papa akan mengatakan yang sebenarnya, sebelum itu pada akan
memperlihatkan foto mamamu dahulu.” Kata papa.
Papa
mengeluarkan sebuah dompet hitam lalu mengambil sebuah foto kecil dan
memperlihatkannya kepadaku. “Inilah wajah mamamu, Vira” kata papa. Aku hanya
terdiam menatap foto wajah mamaku. Setelah itu, papa melanjutkan ceritanya…
“Pada saat
usiamu 4 tahun…
Papa sedang pergi ke luar kota. Mama dan kamu hendak pergi
ke kota untuk membeli sebuah sepeda untukmu. Dalam perjalanan ke kota, mama dan
kamu dihadang 4 preman. Mamamu memberhentikan laju mobilnya dan langsung
memelukmu. Preman-preman itu membuka pintu mobil dan memerintahkan agar kalian
berdua keluar dari mobil. Karena mama takut akan terjadi hal-hal yang
diinginkan, mama hanya pasrah dan keluar dari mobil bersamamu. Preman-preman
itu masuk ke dalam mobil dan perlahan-lahan menjalankan mobilnya. Karena preman
itu takut mamamu akan melaporkan kejadian itu kepada polisi, preman itu
mengeluarkan pistol dan mengarahkannya kepadamu, lalu menarik pelatuk pistol
tersebut dan keluarlah sebuah peluru ke arahmu. Sebelum peluru itu mengenaimu,
mama melepaskan pelukanmu darinya, pada saat itu juga peluru itu mengenai
mamamu. Setelah preman itu lari dan membawa mobilnya, ternyata seorang melihat
semua kejadian itu. Seseorang itu berlari ke arah mamamu dan mengambil
handphonenya dan ia menelpon papa. Karena mendengar kejadian itu, papa segera
menuju ke tempat kamu dan mamamu berada. Setelah papa sampai di tempat kejadian
itu, mamamu sempat berpesan kepada papa bahwa “mama sangat menyayangimu lebih
dari nyawanya sendiri…. Dan seketika itu juga mamamu meninggalkan kita”.
“Vira….
Maafkan papa tidak memberitahu kejadian ini sebelumnya kepadamu” kata papa. Aku
terdiam dan menangis mendengar kejadian itu, lalu aku memeluk papa
seerat-eratnya.
“Pa… papa
tidak perlu meminta maaf kepadaku, aku tahu papa sangat menyayangiku juga”
jawabku.
Aku
melepaskan pelukanku dan melihat air mata papa telah berlinang, secepatnya
kuhapus airnya. Sekarang aku mengerti maksud dari papaku memberitahuku pada
saat yang tepat..
“Terima
kasih mama…papa… aku sangat menyayangi kalian berdua”
Ditulis oleh : Ayu Salsabila
(Santriwati SMP kelas III
Ma’had Muhammad Saman, Desa Telaga Sari Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang
Sumatera Utara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar