Apa itu Remaja..
Para ahli merumuskan masa remaja dalam pandangan dan tekanan yang
berbeda, di antaranya:
Menurut Zakiah Daradjat, masa remaja (adolesensi) adalah
"Masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, di
mana anak-anak mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi
anak-anak, baik bentuk jasmani, sikap, cara berfikir dan bertindak, tetapi
bukan pula orang dewasa yang telah matang. Masa ini mulai kira-kira pada umur
13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun."
Menurut M. Arifin,
"Bagi setiap remaja mempunyai batasan
usia bagi remaja masing- masing yang satu sama lain tidak sama. Di
negara Indonesia, dalam rangka usaha pembinaan dan
usaha penanggulangan kenakalan remaja, agar secara hukum jelas
batas-batasnya, maka ditetapkanlah batas usia bawah dan usia atas.
Batas usia bawah sebaiknya adalah 13 tahun dan batas usia atas adalah 17 tahun
baik laki-laki maupun perempuan dan yang belum kawin (nikah). Dengan demikian,
maka perilaku yang nakal yang dilakukan oleh anak di bawah umur 13 tahun
dikategorikan dalam kenakalan “biasa” dan sebaliknya perilaku nakal oleh
anak usia 18 tahun ke atas adalah termasuk dalam tindak pelanggaran atau
kejahatan. Penentuan batas usia tersebut berdasarkan alasan di antaranya: kenakalan
remaja, menurut data yang diperoleh selama ini, banyak terjadi dalam bentuk dan
sifat kenakalan yang dilakukan oleh anak usia 13 tahun sampai dengan anak usia
17 tahun. Bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak usia sebelum 13 tahun
pada umumnya belum begitu serius dan
membahayakan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh anak usia 13 tahun
atas. Sedang usia 18 tahun ke atas adalah
dipandang sudah menjelang dewasa yang telah terkena sanksi
hukum."
Jadi batasan remaja itu adalah usia 13 tahun sampai dengan usia
18 tahun. Pada usia ini mereka berada pada usia sekolah menengah (SMP dan SMA).
Apa itu Kenakalan..
Menurut Kartono,
ilmuwan sosiologi “Kenakalan Remaja atau
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan
gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian
sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”. Santrock “Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari
berbagai perilaku remaja yang tidak
dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”
Bentuk-bentuk
kenakalan remaja:
1.
Penyalahgunaan
narkotika atau pengguna narkoba.
2.
Perilaku
seks bebas
3.
Tawuran
Penyebab
Terjadinya Kenakalan Remaja
Menurut
ahli psikologi penyebab terjadinya kenakalan remaja dapat dilihat dari dua
factor, yaitu:
1.
Faktor
Internal
·
Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi.
Pertama, terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya.
Kedua, tercapainya identitas
peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi
kedua.
·
Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan
tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret
pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan
dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2.
Faktor Eksternal
·
Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi
antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu
perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti
terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan
terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
·
Teman
sebaya yang kurang baik
·
Komunitas/lingkungan
tempat tinggal yang kurang baik.
Pesantren adalah Antisipasi dan Solusinya
Sebagaimana kata pepatah bahwa mengantisipasi lebih baik daripada
mengatasi. Maka sebelum terjadinya kenakalan tersebut pada remaja, maka
Pesantren adalah tempat terbaik untuk mengantisipasi dan mengatasi kenakalan
remaja. Kenapa?
1.
Di pesantren wajib shalat berjamaah.
Allah sudah menjamin bahwa
“Sesungguhnya shalat itu akan mencegah perbuatan keji dan munkar”. (Al-Qur’an,
surat al-‘Ankabut ayat 45).
Senakal apapun seorang anak,
bila setiap hari ia melaksanakan shalat berjamaah, ditambah zikir dan do’a,
insya Allah akan dapat hidayah.
2. Selalu membaca al-Qur’an.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
Al Qur’an adalah obat mujarab untuk hati. Al Qur’an menjadi obat
bagi hati yang terkena syubhat (racun pemikiran) dan syahwat (nafsu jelek untuk maksiat). Dalam Al Qur’an terdapat penjelas,
di mana kebatilan dienyahkan oleh kebenaran. Penyakit syubhat yang merusak bisa
enyah (pergi) karena adanya ilmu dan keinginan (yang baik), di mana hakikat
sesuatu begitu jelas karenanya. Dalam Al Qur’an terdapat berbagai hikmah yang
bisa dipetik, terdapat berbagai nasehat yang baik untuk memotivasi dalam
beramal dan menakut-nakuti dari berbuat kejelekan. Dalam Al Qur’an juga
terdapat kisah-kisah yang bisa diambil ‘ibroh (pelajaran) sehingga hati pun menjadi baik. Al Qur’an begitu
memberi semangat hati pada hal-hal yang bermanfaat dan memperingatkan pula dari
hal-hal yang membahayakan. Akhirnya, hati semakin cinta pada kebenaran dan
benci pada kebatilan. Padahal sebelumnya bisa jadi hati sangat ingin berbuat
kebatilan dan benci pada kebenaran.
Al Qur’an sungguh bisa menghilangkan penyakit yang dapat
mengantarkan pada keinginan-keinginan jelek (rusak) hingga baiklah hati.
Keinginannya menjadi baik dan ia pun kembali pada fithrahnya yang telah
ditabiatkan untuknya sebagaimana badan kembali pada tabi’atnya.
Hati akan semakin hidup dengan adanya iman dan Al Qur’an. Sebagaimana badan semakin hidup
dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan dan menguatkannya. Suburnya hati itulah
semisal dengan tumbuhnya badan.
3. Ditambah lagi dengan mempelajari
berbagai disiplin ilmu, kegiatan-kegiatan yang terjadwal setiap hari, berbagai
training, berbagai macam lomba yang akan meningkatkan semangat persaingan
kepada kebaikan, sehingga dapat menghilangkan segala bentuk kenakalan pada
remaja.
Dan begitu selesai di pesantren, mereka sudah beranjak dewasa,
maka obsesi mereka sudah berbeda, dengan menatap masa depan yang lebih baik.
Maka orang tua yang bijak tentu memilih pesantren sebagai wadah pendidikan
anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar