Rabu, 02 Maret 2016

Solusi Terbaik dan Teraman Mengantisipasi Kenakalan Remaja


Apa itu Remaja..

Para ahli merumuskan masa remaja dalam pandangan dan tekanan yang berbeda, di antaranya:  

Menurut Zakiah Daradjat, masa remaja (adolesensi) adalah
"Masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, di mana anak-anak mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk jasmani, sikap, cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Masa ini mulai kira-kira pada umur 13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun."

Menurut M. Arifin,
"Bagi  setiap  remaja  mempunyai batasan usia bagi  remaja  masing- masing yang satu sama lain tidak sama. Di negara Indonesia, dalam rangka   usaha   pembinaan   dan   usaha   penanggulangan  kenakalan remaja, agar secara hukum jelas batas-batasnya, maka ditetapkanlah batas usia bawah dan usia atas. Batas usia bawah sebaiknya adalah 13 tahun dan batas usia atas adalah 17 tahun baik laki-laki maupun perempuan dan yang belum kawin (nikah). Dengan demikian, maka perilaku yang nakal yang dilakukan oleh anak di bawah umur 13 tahun dikategorikan dalam kenakalan “biasa” dan sebaliknya perilaku nakal oleh anak usia 18 tahun ke atas adalah termasuk dalam tindak pelanggaran atau kejahatan. Penentuan batas usia tersebut  berdasarkan alasan di antaranya: kenakalan remaja, menurut data yang diperoleh selama ini, banyak terjadi dalam bentuk dan sifat kenakalan yang dilakukan oleh anak usia 13 tahun sampai dengan anak usia 17 tahun. Bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak usia sebelum 13 tahun  pada  umumnya  belum  begitu  serius  dan  membahayakan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh anak usia 13 tahun atas. Sedang  usia  18  tahun  ke  atas  adalah  dipandang sudah  menjelang dewasa yang telah terkena sanksi hukum." 

Jadi batasan remaja itu adalah usia 13 tahun sampai dengan usia 18 tahun. Pada usia ini mereka berada pada usia sekolah menengah (SMP dan SMA).

Apa itu Kenakalan..

Menurut Kartono, ilmuwan sosiologi “Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”. Santrock Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak  dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”

Bentuk-bentuk kenakalan remaja:
1.      Penyalahgunaan narkotika atau pengguna narkoba.
2.      Perilaku seks bebas
3.      Tawuran

Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja

Menurut ahli psikologi penyebab terjadinya kenakalan remaja dapat dilihat dari dua factor, yaitu:
1.      Faktor Internal
·         Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. 
Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. 
Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
·         Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2.      Faktor Eksternal
·         Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
·         Teman sebaya yang kurang baik
·         Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Pesantren adalah Antisipasi dan Solusinya

Sebagaimana kata pepatah bahwa mengantisipasi lebih baik daripada mengatasi. Maka sebelum terjadinya kenakalan tersebut pada remaja, maka Pesantren adalah tempat terbaik untuk mengantisipasi dan mengatasi kenakalan remaja. Kenapa?
1.      Di pesantren wajib shalat berjamaah.
Allah sudah menjamin bahwa “Sesungguhnya shalat itu akan mencegah perbuatan keji dan munkar”. (Al-Qur’an, surat al-‘Ankabut ayat 45).
Senakal apapun seorang anak, bila setiap hari ia melaksanakan shalat berjamaah, ditambah zikir dan do’a, insya Allah akan dapat hidayah.
2.      Selalu membaca al-Qur’an.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
Al Qur’an adalah obat mujarab untuk hati. Al Qur’an menjadi obat bagi hati yang terkena syubhat (racun pemikiran) dan syahwat (nafsu jelek untuk maksiat). Dalam Al Qur’an terdapat penjelas, di mana kebatilan dienyahkan oleh kebenaran. Penyakit syubhat yang merusak bisa enyah (pergi) karena adanya ilmu dan keinginan (yang baik), di mana hakikat sesuatu begitu jelas karenanya. Dalam Al Qur’an terdapat berbagai hikmah yang bisa dipetik, terdapat berbagai nasehat yang baik untuk memotivasi dalam beramal dan menakut-nakuti dari berbuat kejelekan. Dalam Al Qur’an juga terdapat kisah-kisah yang bisa diambil ‘ibroh (pelajaran) sehingga hati pun menjadi baik. Al Qur’an begitu memberi semangat hati pada hal-hal yang bermanfaat dan memperingatkan pula dari hal-hal yang membahayakan. Akhirnya, hati semakin cinta pada kebenaran dan benci pada kebatilan. Padahal sebelumnya bisa jadi hati sangat ingin berbuat kebatilan dan benci pada kebenaran.
Al Qur’an sungguh bisa menghilangkan penyakit yang dapat mengantarkan pada keinginan-keinginan jelek (rusak) hingga baiklah hati. Keinginannya menjadi baik dan ia pun kembali pada fithrahnya yang telah ditabiatkan untuknya sebagaimana badan kembali pada tabi’atnya.
Hati akan semakin hidup dengan adanya iman dan Al Qur’an. Sebagaimana badan semakin hidup dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan dan menguatkannya. Suburnya hati itulah semisal dengan tumbuhnya badan.

3.      Ditambah lagi dengan mempelajari berbagai disiplin ilmu, kegiatan-kegiatan yang terjadwal setiap hari, berbagai training, berbagai macam lomba yang akan meningkatkan semangat persaingan kepada kebaikan, sehingga dapat menghilangkan segala bentuk kenakalan pada remaja.

Dan begitu selesai di pesantren, mereka sudah beranjak dewasa, maka obsesi mereka sudah berbeda, dengan menatap masa depan yang lebih baik. Maka orang tua yang bijak tentu memilih pesantren sebagai wadah pendidikan anaknya.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar